Kamis, 01 Desember 2011

Pk RT

Pk RT - Ini merupakan sebuah cerita dewasa seks, sebuah kisah ngentot yang hot (panas) antara seorang RT dengan gadis (warganya) disebuah rumah ketika ayah dan ibu si gadis sedang tidak ada dirumah. Selengkapnya, silahkan simak cerita panas ngentot berikut ini!

Pak Yatno namanya, dia merupakan ketua RT di daerah tempat diriku tinggal. Pak Yatno seringkali berkunjung ke rumahku untuk kepentingan menagih iuran daerah dan biaya air PDAM. Pak Yatno merupakan seorang laki-laki berumur sekitar 50 tahunan dan telah memiliki dua orang istri. Benar kata orang bahwa Pak Yatno ini seorang bandot tua, buktinya sewaktu di rumahku kalau diriku lewat di depannya, seringkali matanya jelalatan menatap padaku seolah-olah matanya tembus pandang ke balik pakaianku. Bagiku sih tidak apa-apa, diriku malah senang kalau tubuhku dikagumi laki-laki, terkadang diriku memakai baju rumah yang sexy kalau lewat di depannya. Diriku yakin di dalam pikirannya pasti penuh hal-hal yang jorok tentangku.

Pada suatu hari diriku sedang di rumah sendirian. Diriku sedang melakukan fitness untuk menjaga bentuk dan stamina tubuhku di ruang belakang rumahku yang tersedia beberapa peralatan fitness. Diriku memakai pakaian yang enak dipakai dan menyerap keringat berupa sebuah kaus hitam tanpa lengan dengan belahan dada rendah sehingga buah payudaraku yang montok itu agak tersembul keluar terutama kalau sedang menunduk apalagi diriku tidak memakai BH, juga sebuah celana pendek ketat merk ‘Nike’ yang mencetak pantatku yang padat berisi. Waktu diriku sedang melatih pahaku dengan sepeda fitness, tiba-tiba terdengar bel berbunyi, segera saja kuambil handuk kecil dan mengelap keringatku sambil berjalan ke arah pintu. Kulihat dari jendela, ternyata Pak Yatno yang datang, pasti Pak Yatno mau menagih biaya ledeng, yang dititipkan ayah padaku tadi pagi.

Kubukakan pagar dan kupersilakan Pak Yatno masuk.
“Silakan Pak duduk dulu ya, sambil nunggu saya ambil uangnya” senyumku dengan ramah sambil mempersilakannya duduk di ruang tengah.
“Kok sepi sekali Dik, kemana yang lain?”
“Papa hari ini pulangnya malam, tapi uangnya udah dititip ke saya kok, Mama juga lagi arisan sama teman-temannya”.

Seperti biasa matanya selalu saja menatapi tubuhku, terutama bagian payudaraku yang agak terlihat itu. Diriku juga sadar kalau payudaraku sempat diintip olehnya waktu menunduk untuk menaruh segelas teh untuknya.

“Minum Pak”, tawarku lalu diriku duduk di depannya dengan menyilangkan kaki kananku sehingga pahaku yang jenjang dan putih itu makin terlihat.
Nuansa mesum mulai terasa di ruang tamuku yang nyaman itu. Pak Yatno menanyaiku sekitar masalah anak muda, seperti kuliah, hoby, keluarga, dan lain-lain, tapi matanya terus menelanjangiku.
“Dik Citra lagi olah raga yah, soalnya badannya keringatan gitu terus mukanya merah lagi” katanya.
“Iya nih Pak, biasa kan cewek kan harus jaga badan lah, cuma sekarang jadi pegel banget nih, pengen dipijat rasanya, Bapak bisa bantu pijitin nggak?” godaku sambil mengurut-ngurut pahaku.
Tanpa diminta lagi Pak Yatno segera bangkit berdiri dan pindah ke sebelahku, waktu berdiri kuperhatikan Pak Yatno melihat putingku yang menonjol dari balik kausku, juga kulihat kontolnya ngaceng berat membuatku tidak sabar mengenggam benda itu.

“Mari Dik, kesinikan kakinya biar Bapak pijat”
Diriku lalu mengubah posisi dudukku menjadi menyamping dan menjulurkan kakiku ke arahnya. Pak Yatno mulai mengurut paha hingga betisku. Uuuhh.. pijatannya benar-benar enak, telapak tangannya yang kasar itu membelai pahaku yang putih mulus hingga membangkitkan birahiku. Akupun mendesah-desah sambil menggigit bibir bawahku.

“Pijatan Bapak enak ya Dik?” tanyanya.
“Iya Pak, terus dong.. enak nih.. emmhh!” diriku terus mendesah membangkitkan nafsu Pak Yatno, desahanku kadang kusertai dengan geliat tubuh.

Pak Yatno semakin berani mengelus paha dalamku, bahkan menyentuh pangkal pahaku dan meremasnya.
“Enngghh.. Pak!” desahku lebih kuat lagi sewaktu kurasakan jari-jarinya mengelusi bagian itu.

Tubuhku makin menggelinjang sehingga nafsu Pak Yatno pun semakin naik dan tidak terbendung lagi. Celana sportku diperosotkannya beserta celana dalamku.

“Aawww..!” diriku berlagak kaget sambil menutupi kemaluanku dengan telapak tanganku.

Melihat reaksiku yang malu-malu kucing ini Pak Yatno makin gemas saja, ditariknya celanaku yang sudah tertarik hingga lutut itu lalu dilemparnya ke belakang, tanganku yang menutupi kemaluan juga dibukanya sehingga kemaluanku yang berambut lebat itu tampak olehnya, klitorisku yang merah merekah dan sudah becek siap dimasuki. Pak Yatno tertegun beberapa saat memandangiku yang sudah bugil bagian bawahnya itu.
“Kamu memang sempurna Dik Citra, dari dulu Bapak sering membayangkan ngentotin kamu, akhirnya hari ini kesampaian juga”, rayunya

Pak Yatno mulai melepas kemejanya sehingga diriku dapat melihat perutnya yang berlemak dan dadanya yang berbulu itu. Lalu Pak Yatno membuka sabuk dan celananya sehingga benda dibaliknya kini dapat mengacung dengan gagah dan tegak. Diriku menatap takjub pada organ tubuh itu, begitu besar dan berurat diriku sudah tidak sabar lagi menggenggam dan mengulumnya. Pak Yatno begitu membuka pahaku lalu membenamkan kepalanya di situ sehingga selangkanganku tepat menghadap ke mukanya.
“Hhmm.. wangi, pasti Adik rajin merawat diri yah” godanya waktu menghirup kemaluanku yang kurawat dengan apik dengan sabun pembersih wanita.

Sesaat kemudian kurasakan benda yang lunak dan basah menggelitik memekku, oohh.. lidahnya menjilati klitorisku, terkadang menyeruak ke dalam menjilati dinding kemaluanku. Lidah tebal dan kumisnya itu terasa menggelitik bagiku, diriku benar-benar merasa geli di sana sehingga mendesah tak tertahan sambil meremasi rambutnya. Kedua tangannya menyusup ke bawah bajuku dan mulai meremas buah payudaraku, jari-jarinya yang besar bermain dengan liar disana, memencet putingku dan memelintirnya hingga benda itu terasa makin mengeras.

“Pak.. oohh.. saya juga mau.. Pak!” desahku tak tahan lagi ingin mengulum kontol itu.
“Kalau begitu Bapak di bawah saja ya Dik” katanya sambil mengatur posisi kami sedemikian rupa menjadi gaya 69.

Diriku naik ke wajahnya dan membungkukkan tubuhku, kuraih benda kesukaanku itu, dalam genggamanku kukocok perlahan sambil menjilatinya. Kugerakkan lidahku menelusuri pelosok batang itu, buah pelirnya kuemut sejenak, lalu jilatanku naik lagi ke ujungnya dimana diriku mulai membuka mulut siap menelannya. Oohh.. batang itu begitu gemuk dan berdiameter lebar persis seperti tubuh pemiliknya, sehingga akupun harus membuka mulutku selebar-lebarnya agar bisa mamasukkannya.

Diriku mulai mengisapnya dan memijati buah pelirnya dengan tanganku. Pak Yatno mendesah-desah enak menikmati permainanku, sementara diriku juga merasa geli di bawah sana, kurasakan ada gerakan memutar-mutar di dalam liang memekku oleh jarinya, jari-jari lain dari tangan yang sama mengelus-elus klitoris dan bibir memekku, bukan itu saja, lidahnya juga turut menjilati baik anus maupun memekku. Sungguh suatu sensasi yang hebat sekali sampai pinggulku turut bergoyang menikmatinya, juga semakin bersemangat mengulum kontolnya. Selama 10 menitan kami menikmatinya sampai ada sedikit terganggu oleh berbunyinya HP Pak Yatno. Diriku lepaskan kontolnya dari mulutku dan menatap padanya.

Pak Yatno menyuruhku mengambil HP-nya di atas meja ruang tamu, lalu Pak Yatno berkata, “Ayo Dik, terusin dong karaokenya, biar Bapak ngomong dulu di telepon”.
Diriku pun tanpa ragu-ragu menelan kembali kontolnya. Pak Yatno bicara di HP sambil kontolnya dikulum olehku, tidak tau deh bicara dengan siapa, emang gua pikirin, yang pasti diriku harus berusaha tidak mengeluarkan suara-suara aneh. Tangan satunya yang tidak memegang HP terus bekerja di selangkanganku, kadang mencucuk-cucukkannya ke memek dan anusku, kadang meremas bongkahan pantatku. Tiba-tiba Pak Yatno menggeram sambil menepuk-nepuk pantatku, sepertinya menyuruhku berhenti, tapi karena sudah tanggung diriku malahan makin hebat mengocok dan mengisap kontol itu sampai Pak Yatno susah payah menahan geraman nikmatnya karena masih harus terus melayani pembicaraan. Akhirnya muncratlah cairan putih itu di mulutku yang langsung saya minum seperti kehausan, cairan yang menempel di kontolnya juga saya jilati sampai tak bersisa.

“Nggak kok.. tidak apa-apa.. cuma tenggorokkan saya ada masalah dikit” katanya di HP.
Tak lama kemudian Pak Yatno pun menutup HP nya, lalu bangkit duduk dan menaikkanku ke pangkuannya, tangan kirinya dipakai menopang tubuhku.

“Wah.. Dik Citra ini bandel juga ya, tadi kan Bapak udah suruh stop dulu, ee.. malah dibikin keluar lagi, untung nggak curiga tuh orang” katanya sambil mencubit putingku.
“Hehehe.. sori deh Pak, kan tadi tanggung makannya saya terusin aja, tapi Bapak seneng kan” kataku dengan tersenyum nakal.
“Hmm.. kalo gitu awas ya sekarang Bapak balas bikin kamu keluar nih” seringainya.
Lalu dengan sigap tangannya bergerak menyelinap diantara kedua pangkal pahaku. Jari tengah dan telunjuknya menyeruak dan mengorek-ngorek memekku, diriku meringis sewaktu merasakan jari-jari itu bergerak semakin cepat mempermainkan nafsuku.

Pak Yatno menurunkan kaos tanpa lenganku dari bahu dan meloloskannya lewat lengan kananku, sehingga kini buah dada kananku yang putih montok itu tersembul keluar. Dengan penuh nafsu langsung Pak Yatno lumat benda itu dengan mulutnya. Diriku menjerit kecil waktu Pak Yatno menggigit putingku dan juga mengisapnya kuat-kuat, bulatan mungil itu serasa makin menegang saja. Pak Yatno membuka mulutnya lebar-lebar berusaha memasukkan seluruh payudaraku ke mulutnya, di dalam mulutnya payudaraku disedot, dikulum, dan dijilat, rasanya seperti mau dimakan saja milikku itu. Sementara selangkanganku makin basah oleh permainan jarinya, jari-jari itu menusuk makin cepat dan dalam saja. Hingga suatu saat birahiku terasa sudah di puncak, mengucurlah cairan cintaku dengan deras. Diriku mengatupkan pahaku menahan rasa geli di bawahku sehingga tangannya terhimpit diantara kedua paha mulusku.

Setelah Pak Yatno cabut tangannya dari kemaluanku, nampak jari-jarinya sudah belepotan oleh cairan bening yang kukeluarkan. Pak Yatno jilati cairanku dijarinya itu, diriku juga ikutan menjilati jarinya merasakan cairan cintaku sendiri. Kemudian Pak Yatno cucukkan lagi tangannya ke kemaluanku, kali ini Pak Yatno mengelus-ngelus daerah itu seperti sedang mengelapnya. Telapak tangannya yang penuh sisa-sisa cairan itu dibalurinya pada payudaraku.

“Sayang kalo dibuang, kan mubazir” ucapnya.
Kembali lidahnya menjilati payudaraku yang sudah basah itu, sedangkan diriku menjilati cairan pada tangannya yang disodorkan padaku. Tanganku yang satu meraba-raba ke bawah dan meraih kontolnya, terasa olehku batang itu kini sudah mengeras lagi, siap memulai aksi berikutnya.

“Enggh.. masukin aja Pak, udah kepingin nih”.
Pak Yatno membalik tubuhku, tepat berhadapan dengannya, tangan kananya memegangi kontolnya untuk diarahkan ke memekku. Diriku membukakan kedua bibir memekku menyambut masuknya benda itu. Setelah kurasakan pas diriku mulai menurunkan tubuhku, secara perlahan tapi pasti kontol itu mulai terbenam dalam kemaluanku. Goyanganku yang liar membuat Pak Yatno mendesah-desah keenakan, untung Pak Yatno tidak ada penyakit jantung, kalau iya pasti sudah kumat. Kaosku yang masih menyangkut di bahu sebelah kiri diturunkannya sehingga kaos itu menggantung di perutku dan buah dada kiriku tersingkap. Nampak sekali bedanya antara yang kiri yang masih bersih dengan bagian kanan yang daritadi menjadi bulan-bulanannya sehingga sudah basah dan memerah bekas cupangan.

Kedua tangannya meremas-remas kedua payudaraku, sewaktu melumatnya terkadang kumisnya yang kasar itu menggesek putingku menimbulkan sensasi geli yang nikmat. Lidahnya bergerak naik ke leherku dan mencupanginya sementara tangannya tetap memainkan payudaraku. Birahiku sudah benar-benar tinggi, nafasku juga sudah makin tak teratur, Pak Yatno begitu lihai dalam bercinta, kurasa bukan pertama kalinya Pak Yatno berselingkuh seperti ini. Diriku merasa tidak dapat bertahan lebih lama lagi, frekuensi goyanganku kutambah, lalu diriku mencium bibirnya. Tubuh kami terus berpacu sambil bermain lidah dengan liarnya sampai ludah kami menetes-netes di sekitar mulut, eranganku teredam oleh ciumannya. Mengetahui diriku sudah mau keluar, Pak Yatno menekan-nekan bahuku ke bawah sehingga kontolnya menghujam makin dalam dan memekku makin terasa sesak. Tubuhku bergetar hebat dan jeritanku tak tertahankan lagi terdengar dari mulutku, perasaan itu berlangsung selama beberapa saat sampai akhirnya diriku terkulai lemas dalam pelukannya.

Pak Yatno menurunkanku dari pangkuannya, kontolnya terlihat berkilauan karena basah oleh cairan cinta. Dibaringkannya tubuhku yang sudah lemas itu di sofa, lalu Pak Yatno sodorkan gelas yang berisi teh itu padaku. Setelah minum beberapa teguk, diriku merasa sedikit lebih segar, paling tidak pada tenggorokanku karena sudah kering waktu mendesah dan menjerit. Kaosku yang masih menggantung di perut Pak Yatno lepaskan, sehingga kini diriku bugil total. Sebelum tenagaku benar-benar pulih, Pak Yatno sudah menindih tubuhku, diriku hanya bisa pasrah saja ditindih tubuh gemuknya. Dengan lembut Pak Yatno mengecup keningku, dari sana kecupannya turun ke pipi, hingga berhenti di bibir, mulut kami kembali saling berpagutan. Saat berciuman itulah, Pak Yatno menempelkan kontolnya pada memekku, lalu mendorongnya perlahan, dan aahh.. mataku yang terpejam menikmati ciuman tiba-tiba terbelakak waktu Pak Yatno menghentakkan pinggulnya sehingga kontol itu menusuk lebih dalam.

Kenikmatan ini pun berlanjut, diriku sangat menikmati gesekan-gesekan pada dinding memekku. Buah payudaraku saling bergesekan dengan dadanya yang sedikit berbulu, kedua paha rampingku kulingkarkan pada pinggangnya. Diriku mendesah tak karuan sambil mengigiti jariku sendiri. Sementara pinggulnya dihentak-hentakkan diatasku, mulutnya tak henti-hentinya melumat atau menjilati bibirku, wajahku jadi basah bukan saja oleh keringat, tapi juga oleh liurnya. Telinga dan leherku pun tak luput dari jilatannya, lalu Pak Yatno angkat lengan kananku ke atas dan Pak Yatno selipkan kepalanya di situ. Aahh.. ternyata Pak Yatno sapukan bibir dan lidahnya di ketiakku yang halus tak berbulu itu, kumis kasar itu menggelitikku sehingga desahanku bercampur dengan ketawa geli.

“Uuuhh.. Pak.. aakkhh..!” diriku kembali mencapai orgasme.

Vaginaku terasa semakin banjir, namun tak ada tanda-tanda Pak Yatno akan segera keluar, Pak Yatno terlihat sangat menikmati mimik wajahku yang sedang orgasme. Suara kecipak cairan terdengar jelas setiap kali Pak Yatno menghujamkan kontolnya, cairanku sudah meleleh kemana-mana sampai membasahi sofa, untung sofanya dari bahan kulit, jadi mudah untuk membersihkan dan menghilangkan bekasnya. Tanpa melepas kontolnya, Pak Yatno bangkit berlutut di antara kedua pahaku dan menaikkan kedua betisku ke pundaknya. Tanpa memberiku istirahat Pak Yatno meneruskan mengocok kemaluanku, diriku sudah tidak kuat lagi mengerang karena leherku terasa pegal, diriku cuma bisa mengap-mengap seperti ikan di luar air.

“Bapak udah mau.. Dik.. Citra..!” desahnya dengan mempercepat kocokkannya.

“Di luar.. Pak.. diriku ahh.. uuhh.. lagi subur” diriku berusaha ngomong walau suaraku sudah putus-putus.
Tak lama kemudian Pak Yatno cabut kontolnya dan menurunkan kakiku. Pak Yatno naik ke wajahku, lalu Pak Yatno tempelkan kontolnya yang masih tegak dan basah di bibirku. Akupun memulai tugasku, kukulum dan kukocok dengan gencar sampai Pak Yatno mengerang keras dan menjambak rambutku. Maninya menyemprot deras membasahi wajahku, diriku membuka mulutku menerima semprotannya. Setelah semprotannya mereda pun diriku masih mengocok dan mengisap kontolnya seolah tidak membiarkan setetespun tersisa. Batang itu kujilati hingga bersih, benda itu mulai menyusut pelan-pelan di mulutku. Kami berpelukan dengan tubuh lemas merenungi apa yang baru saja terjadi.

Sofa tempat diriku berbaring tadi basah oleh keringat dan cairan cintaku yang menetes disana. Masih dalam keadaan bugil, diriku berjalan sempoyongan ke dapur mengambil kain lap dan segelas air putih. Waktu diriku kembali ke ruang tamu, Pak Yatno sedang mengancingkan lagi bajunya, lalu meneguk air yang tersisa di gelasnya.
“Wah Dik Citra ini benar-benar hebat ya, istri-istri Bapak sekarang udah nggak sekuat Adik lagi padahal mereka sering melayani Bapak berdua sekaligus” pujinya yang hanya kutanggapi dengan senyum manis.

Setelah berpakaian lagi, diriku mengantarnya lagi ke pintu depan. Sebelum keluar dari pagar Pak Yatno melihat kiri kanan dulu, setelah yakin tidak ada siapa-siapa Pak Yatno menepuk pantatku dan berpamitan.
“Lain kali kalo ada kesempatan kita main lagi yah Dik”

“Dasar bandot, belum cukup punya istri dua, masih ngembat anak orang” kataku dalam hati.

Akhirnya diriku pun mandi membersihkan tubuhku dari sperma, keringat, dan liur. Siraman air menyegarkan kembali tubuhku setelah seharian penuh berolahraga dan berolahsyahwat. Beberapa menit sesudah diriku selesai mandi, ibuku pun pulang. Beliau bilang wangi ruang tamunya enak sehingga kepenatannya agak berkurang, diriku senyum-senyum saja karena ruang itu terutama sekitar ‘medan laga’ kami tadi telah kusemprot pengharum ruangan untuk menutupi aroma bekas persenggamaan tadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar